Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Kamis, 04 Februari 2021

KEPING 6 SUARA-SUARA YANG TAK KALIAN DENGAR

 

Pukul 20.00 WIB.

Setelah salat Isya adalah saatnya Rania minum obat. Tidak ada masalah dengan ini, obatnya tiga macam dan tidak pahit sama sekali. Bahkan ada satu obat yang rasanya manis seperti permen, memakannya pun bukan pakai air, tapi diemut sampai lumer dan habis.

Yang jadi masalah adalah setelah minum obat  waktunya Rania tidur, lebih cepat dari waktu tidur orang kebanyakan. Kalau saja Rania tidur terlambat dan tidur terlalu malam, sudah dipastikan dia akan merasakan pusing esok hari.

Masalahnya lagi, sekarang Rania sedang berusaha untuk meraih mimpinya kembali untuk menjadi seorang penulis, sedikit demi sedikit. Dengan mengikuti pelatihan menulis online, dia berusaha menyelesaikan dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Meskipun harus bertarung dengan mood yang berubah-ubah, Rania berusaha mengerjakan setiap proyek yang diberikan.

Lima tugas sudah berhasil Rania ikuti, Alhamdulillah. Sekarang adalah bagian tersulit bagi Rania, yaitu proyek menulis 30 hari berturut-turut tanpa berhenti.

“Ah, paling kamu gagal lagi!”

“Aku bertaruh kamu berhenti separuh jalan lagi!”

“Aku tahu, hal yang paling tidak bisa kamu lakukan adalah konsisten. Jadi sudahlah berhenti membuat kepalamu sakit!”

Itu adalah suara-suara di dalam kepala Rania. Beberapa waktu lalu suara-suara itu sudah menghilang. Tetapi kembali datang ketika Rania mulai mengikuti pelatihan menulis online itu, mungkin karena tegang. Bagi pengidap gangguan kejiwaan apapun, yang mejadi salah satu gejala adalah mendengar suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain. Rania pun begitu, suara-suara itu berbicara dalam kepalanya dan membuatnya sakit kepala, terkadang kalau parah sekali membuatnya ketakutan.

“Sudahlah, lupakan mimpimu untuk menyelesaikan proyek menulis itu! Kepalamu sakit kan?”

Terkadang suara itu terdengar perhatian, tapi dokter bilang bahwa suara-suara itu janganlah dia dengar, meskipun suara itu menasihatinya soal agama sekali pun. Karena suara itu hanya akan membawanya pada keyakinan yang salah dan tidak masuk akal selanjutnya.

“Aku harus berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan proyek menulis ini bagaimanapun yang aku rasakan! Sejelek apapun tulisan yang berhasil aku buat pada akhirnya,” bisik hati Rania kepada dirinya sendiri.

“Sudahlah, fokusmu sekarang adalah kesembuhanmu! Tidak perlu memaksakan diri untuk menulis!” suara itu masih saja ada, membuat kepala Rania bagian atas terasa pegal. Mungkin karena dua hari kemarin Rania tidak minum obat. Rania juga lupa malah minum es kopi sore harinya yang membuatnya tidak bisa tidur hingga pukul 01.00 WIB.


Karena tidak bisa tidur, Rania memaksakan diri untuk menulis. Meskipun kepalanya terasa berat dan sakit dia terus saja melakukan hal yang sejak dulu sangat disukainya itu, yaitu menulis.

Hasilnya, esok harinya selama dua hari dia tumbang dan ngedrop, tidak bisa bangun dari tempat tidur karena kepalanya pusing dan berat. Jadi Rania tidak bisa membuka warung dan beraktivitas seperti biasa.

Seharian Rania hanya tidur. Tidur dengan tidak tenang. Tidur dengan suara-suara yang tak berhenti berceloteh di dalam kepalanya,

“Lihatlah warung terbengkalai!”

“Itu karena kamu memaksakan diri untuk menulis!”

“Kamu jadi tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah!”

“Dasar tidak berguna!”

“Proyek menulis pun tidak akan selesai!”

Kepala Rania sakit. Dia ingin menangis tapi tidak bisa. Akhirnya dia membuka Al-Qur’an, membacanya beberapa halaman sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan menulis. Alhamdulillah konsep kasar bisa dia buat untuk diketik esok harinya. Rania senang sekali  malam itu.

Waktu menunjukan pukul 08.30 WIB, saatnya Rania tidur. Lampu pun dimatikan. Suara-suara itu tetap ada dalam kepala Rania. Akan tetapi malam ini dia bisa melawannya atas izin Allah SWT, Alhamdulillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar