Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Kamis, 04 Februari 2021

KEPING 4 BIPOLAR YANG MELEMAHKAN

 

Pada suatu hari pernah Rania sengaja membaca artikel tentang bipolar di internet, dia ingin tahu penyakit apa sebenarnya itu. Karena dokter tidak pernah memberikan penjelasan yang lengkap. Dokter Ponco di rumah sakit daerah yang saat itu menanganinya hanya mengatakan kalau aku mengalami senang yang berlebihan, juga sedih yang berlebihan. Itu saja.

Dalam artikel disebutkan bahwa penderita bipolar akan mengalami dua fase, yaitu fase mania (sangat senang)  dan fase depresi (sangat sedih). Jika pada sedang berada pada fase mania, penderita bipolar seperti Rania akan mengalami senang yang tak masuk akal, berbicara cepat, sangat bersemangat, percaya diri berlebihan, tidak mau tidur, tidak mau makan, dan cepat terganggu.

Sementara jika mengalami fase depresi (ini yang sering dialami Rania), yaitu sedih dan putus asa, lemas dan kurang tenaga, sulit berkonsentrasi dan sulit mengingat sesuatu, hilang keinginan untuk beraktifitas, kesepian dan merasa tidak berguna, merasa bersalah, pesimis terhadap segala hal, tidak nafsu makan, sulit tidur, mengalami delusi atau waham (keyakinan yang salah), bahkan sampai ada keinginan untuk bunuh diri.

Dalam salah satu keterangan dalam artikel itu dikatakan bahwa penderita bipolar cenderung tidak menyelesaikan suatu pekerjaan. Dan akhirnya Rania sadar, konsep-konsep tulisan yang akan dijadikan cerita ataupun buku tidak ada yang selesai. Semua hanya potongan-potongan tulisan yang tampak tidak berguna. 

Itu memang tidak mudah. Ketika Rania hendak menyelesaikan satu tulisan saja, kepalanya akan terasa berat dan sakit. Selanjutnya Rania hanya ingin menangis karena tidak bisa melanjutkan menyusun kata-kata dalam kertas separuh terisi itu. Seperti yang sudah dikatakan, kepalanya mendadak berat seperti berubah menjadi batu. Otaknya membeku. Tak ada kata yang bisa dia tuliskan lagi. 

Yang bisa Rania lakukan hanya menangis, dan merasa diri tidak berguna. Dan itu terjadi berulang-ulang. Mimpi dan cita-cita, bahkan target yang dia tuliskan untuk membuat suatu karya selalu gagal dalam setiap tahunnya.

Tahun 2011 adalah awal bipolar itu bersarang dalam kepala Rania. Saat itu Rania sedang kuliah semester lima. Dia tidak menyadari ada penyakit yang bersarang dalam tubuhnya, yang dia sadari hanya prestasinya yang semakin menurun dan memburuk.

Padahal Rania masuk kuliah ke jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra adalah untuk memperjuangkan mimpinya untuk menjadi penulis. Tetapi performa tulisannya semakin hari malah semakin memburuk. Penyakit itu akhirnya diketahui ketika Rania mengalami fase depresi yang sangat parah, dia tidak tidur selama dua hari dan berlari-lari tidak karuan di daerah tempat kostnya saat itu. Rania juga tidak makan dan mendengar dengungan lagu yang sangat kencang di telinganya. 

Ya, tahun 2011. Saat kuliah semester lima Rania mengalami gangguan jiwa pertamanya. Dan itu tetap berlanjut hingga sekarang, awal tahun 2021. Dan di tahun 2020 lalu dokter memvonis Rania harus minum obat seumur hidupnya untuk menstabilkan neotransmiter di otaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar