Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Kamis, 04 Februari 2021

KEPING 12 SABAR MOTIVASIKU

 

Terkadang kita lupa, 

Dunia ini tak akan selamanya menunggu kita 

menaklukan ragu

Beranikan diri

(Maudi Ayunda-Kejar Mimpi)

Pukul 02.30 WIB

Rania sudah terbangun sejak pukul 01.30 tadi lalu melaksanakan shalat tahajud. Tumben mala mini Rania bangun dengan segar dan tidak mengantuk lagi, ini kesempatan Rania untuk menambah tulisan di naskah novel yang menjadi tugas terakhirnya di pelatihan menulis online.

Kali ini Rania benar-benar serius menggarap tugas novel yang akan dia buat. Tentu saja bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya saja ditengah bipolar yang melemahkan. Tapi Rania ingin membuktikan kebesaran Allah SWT dalam dirinya sendiri, bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya jika sudah berkehendak.

Saat kuliah Rania sempat mengaji dan mendapat pembelajaran mengenai sabar. Bahwa sabar bukan perkara diam pasrah dan menunggu, tetapi sabar adalah tetap bergerak memaksimalkan potensi yang Allah SWT berikan kepada manusia.

Meskipun harus didopping dengan kopi, meskipun harus didukung oleh video motivasi yang tiada henti, Rania berusaha untuk mengisi kehidupannya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Meskipun keburukan kerap kali juga datang tanpa bisa ditolak, namun Rania tidak akan putus asa. Karena haram hukumnya bagi seorang muslim untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Setiap kali putus asa dating dalam dirinya, Rania langsung mengambil Al-Qur’an dan membacanya. Al-Qur’an menjadi sahabat yang sangat dia rindukan setiap harinya. Setiap kali sedih, dia membaca Al-Qur’an itu meskipun hanya sedikit. Ketika putus asa, ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan, ketika hatinya kembali was-was, ketika motivasinya mulai melemah, Rania mengambil As-Syifa. Setelah itubiasanya Allah SWT menolongnya dengan menghadirkan kembali motivasi dan mengingatkannya lagi untuk tetap berada dalam kesabaran.

Ah andai saja setiap hari Rania bisa bangun dan segar bugar setiap hari di jam qiyamulail, senang sekali aku.

Rania begitu bersemangat untuk menulis, meskipun dia belum juga menemukan konflik dari cerita ini. Ya, bagaimanapun Rania pernah kuliah di jurusan kebahasaan. Dia tahu konflik sangat penting dalam sebuah novel. Novel tanpa konflik hanya akan menjdi cerita datar yang membosankan, rania tahu teori itu. Tapi menemukan masalah ternyata tak semudah itu dalam kenyataannya.

Padahal dulu Rania sempat mengajar bidang studi BahasaIndonesia dan mengajari murid-muridnya menulis cerita pendek. Membeberkan teori tentang tokoh, point of fiew, latar tempat, latar waktu, latar suasana, juga konflik. Rania berhenti mengajar karena bipolarnya juga memburuk, yang membuat rania selalu bertengkar dengan kepala sekolah saat itu.

Ah, ya Rania hampir lupa dengan semua teori itu. Kali ini dia hanya menulis dan menulis. Menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat, dalam sebuah paragraf yang tidak utuh. Sungguh bipolar ini telah mengambil banyak yang dulu Rania pernah kuasai.

“Ya, Allah ampuni aku,” bisik hati Rania. Karena dulu dia sempat putus asa untuk menjadi seorang penulis. Pernah kehilangan harapan dan tak lagi percaya pada mimpi-mimpinya. Padahal dia adalah hamba dari Dzat Yang Maha Kuasa. Mudah bagi Allah SWT untuk menjadikan rania seorang penulis jika saja Rania mau bersabar menjalani prosesnya.

Rania berazam kembali bahwa dia akan berusaha bersabar menjalani proses untuk menggapai segala mimpinya.dimulai dengan berusaha dan berdo’a agarAllah SWT memperkenankan dia untuk menyelesaikan proyek ini. Karena Rania sadar bahwa bersabar adalah tidak ada satu pun celah putus asa. Jika semua usaha telah buntu dan tidak kunjung terlihat jalan keluarnya, Rania masih punya do’a dan Al-Qur’an sahabatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar