Nurin menatap pemandangan di depannya dengan
perasaan yang tak bisa dilukiskan bahkan oleh dirinya sendiri,
“Aku benci melihatnya, Bu!” ucapnya
kemudian dengan pandangan yang tak beralih.
“Ibu tahu sayang,” Ibu mengusap-usap
punggung gadis sulungnya itu, punggung itu tegang, seperti menahan sesuatu yang
berat.
“Lalu mengapa Ibu mengajakku melihat
ini?” lanjut Nurin lagi, “Aku tidak bisa merasakan kebahagiaan mereka!” Nurin
tetap memandang benci dan tajam.