Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Kamis, 04 Februari 2021

KEPING 3 MIMPI YANG TERHENTI

 

Rania kembali membuka-buka catatan harian yang isinya sangat acak-acakan sekali. Mencari bagian dari catatan itu yang berisi tentang azam mimpi dan cita-cita yang hendak dicapai. Rania menemukannya, di sana tertulis aku akan menjadi seorang penulis dan wirausahawan sukses. Dengan kalimat ibu rumah tangga yang tercoret, tereliminasi dari pilihan.

Ketika kita masih kecil, kita begitu lantang mengungkapkan cita-cita kita tanpa beban, “Aku ingin menjadi guru!” dan propesi lainnya yang disebutkan dengan penuh optimis dan harapan indah. Saat masih kanak-kanak, cita-cita merupakan harapan indah yang sangat menyenangkan untuk diucapkan.

Akan tetapi ketika ditanyakan tentang mimpi dan cita-cita di usia yang tak lagi remaja, mimpi dan cita-cita menjadi hal yang serius dipikirkan. Ingin menjadi guru, tapi gaji honorer begitu kecil sementara diangkat menjadi PNS tidak semudah itu. Ingin menjadi dokter, kuliah kedokteran itu sangat mahal. Ingin menjadi polisi, tidak mudah untuk lolos dalam satu kali tes. Ya, setelah dewasa kita mulai tahu bahwa cita-cita tak seindah saat kanak-kanak.

Begitu pun dalam benak Rania, saat menuliskan kedua cita-cita itu otaknya terasa berdenyar-denyar. Ini tidak akan mudah dan harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Pada saat itu Rania begitu bersemangat untuk memperjuangkan cita-citanya.

Akan tetapi kenyataannya lebih tak mudah bagi Rania. Memperjuangkan cita-cita dengan kepala yang berisi bipolar yang mulai sering kambuh. Membuat mimpi Rania harus terhenti sangat lama. Kepalanya kesulitan untuk diajak memperjuangkan mimpi dan cita-cita yang telah diazamkannya itu.

Ada satu masa ide-ide begitu cepat bermunculan, seperti saling berlomba untuk ditangkap kedalam tulisan. Tetapi seringkali Rania kehilangan gairah dan keinginan untuk mengerjakan sesuatu. Bahkan setelah mengenal obat, Rania kehilangan ekspresi perasaannya. Dia tidak merasakan sedih, tidak merasakan marah, tidak merasakan senang, hanya datar dan kosong yang Rania rasakan. Boro-boro teringat mimpi dan cita-cita, obat itu hanya membuat Rania tertidur sepanjang waktu. 

Mimpi Rania terhenti, bukan karena dia berhenti utntuk berusaha menjadi penulis. Dia berusaha sekuat tenaga membuat tulisan demi tulisan, tapi hanya menjadi serpihan-serpihan file yang tidak terselesaikan. Rania kehilangan fokus untuk mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu. Itu salah satu yang membuat mimpinya terhenti.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar