Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Jumat, 05 Februari 2021

KEPING 25 KANTUK INI MENYIKSAKU

 

Adzan yang berkumandang, terutama adzan Ashar biasanya adalah yang paling ditunggu-tunggu oleh Rania. Tapi kali sudah beberapa hari sangat berbeda dari biasanya yang dirasakan rania. Tubuhnya berat berat sekali untuk diajak salat. Biasanya Rania biasa salat rawatib terlebih dahulu, tapi kali ini salat wajib pun terasa sulit dilakukan, “Jangan-jangan aku diganggu jin?” pikir Rania melantur.

Tapi Rania memang heran terutama dengan hari ini. Tubuhnya berat seperti ditindih kerbau yang besar sekali, sangat berat dan sulit digerakan. Hal itu dirasakan Rania terutama saat adzan berkumandang. Rania hanya bisa berbaring di atas tikar karena saat itu dia sedang menunggui warungnya. Dan yang mengherankan lagi, jika ada yang membeli ke warung, tubuhnya yang berat seketika meringan.

“Ada apa dengan hari ini?” Tanya Rania dalam hati kepada dirinya sendiri, “Apakah karena obat yang malam tadi tidak dia minum?” Jika itu benar, tentu Rania sangat sedih sekali karena semangat hidupnya dipengaruhi oleh obat. Rania tidak mau itu sampai terjadi.

Sungguh Rania merasa tersiksa jika kantuk dating menyerang di siang hari. Benar-benar mengganggu aktifitas dan membuatnya tidak produktif sama sekali. Seharian hanya bisa berbaring bermalas-malasan, tanpa membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah.

Memang walaupun hanya mengepel lantai dan menyetrika baju, itu meningkatkan ‘rasa berharga’ dalam diri seorang Rania. Jika pekerjaan itu tidak dia  lakukan di suatu hari karena malas, Rania akan sangat sedih sekali. Dia merasa tidak berguna, dan tidak ada artinya hidup ini. Ya, sesederhana menyetrika baju dan mengepel lantai, kutub perasaan rania bisa berbolak-balik tidak karuan.

Rania selalu iri kepada orang-orang yang Nampak bersemangat dan tampak segar sepanjang hari. Melaksanakan pekerjaan rumah tanpa terhalang lemas dan malas. Kalaupun malas, orang-orang yang bersemangat itu selalu saja bisa membunuh rasa malasnya dan memaksakan diri untuk beraktivitas.

Ketika Rania berbaring dan memejamkan mata untuk tidur, kta demi kata, kalimat demi kalimat berseliweran dalam otaknya seperti ikan-ikan yang banyak yang menunggu untuk ditangkap dengan jarring. Tapi Rania tak punya tenaga sedikit pun untuk bangun dan menulis,

“Nanti saja setelah bangun tidur baru ku tulis,” pikirnya.

Namun apa yang terjadi? Ketika Rania bangun, dia tak bisa mengingat satu kalimat pun yang melintas saat dia tidur tadi. Seperti sebuah mimpi, yang langsung dilupakan sesaat setelah bangun tidur. Rania prustrasi dan mengacak-acak rambutnya sendiri karena kehilangan  ikan-ikan besar yang tadi berseliweran tnpa henti.

Kantuk tadi siang benar-benar menjajah Rania tanpa ampun. Bukan hanya kantuk, tapi tubuhnya juga terasa kaku dan sakit sampai ke tulang-tulang. Rasanya badanyya seperti remuk karena dia kurang menggerakan tubuhnya. Benarkah tidak minum obat satu malam saja bisa membuat Rania tersiksa sedemikian rupa? Tolonglah, Tuhan jangan karena alasan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar