Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Minggu, 09 September 2012

Jangan menunggu Dia menegurmu dengan keras!

Terinspirasi dari percakapan sore bersama beberapa kawan. Berawal dari entah membicarakan apa, kemudian membicarakan Ariel Noah, lalu berlanjut berbicara tentang hidup, tentang hikmah, tentang Dia Sang Maha Pendidik. Saat itu seorang kawan berkata,
"Jadi sekarang kita harus pandai-pandai menangkap hikmah dari setiap kejadian, sekecil apapun. Jangan menunggu Allah Swt. menegurmu dengan teguran yang keras!"

Memang, setiap detik yang kita lalui pasti membuat ceritanya sendiri. Skenario hidup yang telah Dia susun sedemikian rupa tak henti dari berbagai hikmah, teguran, dan berbagai pembelajaran. Masalahnya, bisakah kita menangkap maksud Tuhan dari setiap kejadian?...dan berbaik sangka tentu saja.

Dialah Sang Maha Pendidik dengan RPP Mahasempurna. Menyuguhkan kejadian demi kejadian, perjalanan, keberhasilan, dan kegagalan sebagai metode pembelajaran yang akan menggiring kita tuk memahami sesuatu. Untuk membentuk kita agar lebih baik tentu saja. Masalahnya, kebanyakan dari kita "menghilangkan" Allah Swt dari berbagai kejadian. Menganggap suatu tak ada hubungan dengan-Nya. Menganggap keberhasilan sebagian banyak karena usaha kita sendiri, bukan kehendak Allah untuk kita. Juga menganggap kegagalan/kesalahan sebagai kesalahan kita sendiri, bukan kehendak Allah atas kita atas suatu tujuan dan hikmah. Sehingga beberapa manusia bersedih bahkan beberapa yang lain berputus asa.

Dalam skenario hidup Mahasempurna itu, ada pula beberapa teguran atas tindakan kita yang salah. Beberapa menyadarinya kemudian bertaubat dan memperbaiki diri dengan sungguh-sungguh. Mereka menyesali apa yang mereka lakukan, menghentikan perbuatan salah itu, dan tidak mengulanginya sekalipun. Mereka tersungkur dalam tangis penyesalan dan bergegas dalam perbaikan... tetapi, beberapa orang tidak.

Ya, beberapa orang tidak lekas memohon ampun dan bertaubat. Mereka tetap anteng dengan kedurhakaan mereka tanpa sadar Dia telah menegurnya berkali-kali. Mungkin mereka cukup bebal untuk memahami bahwa selain Mahapengampun, Allah pun Mahakeras siksanya. Mereka tak paham, atau pura-pura tak paham bahwa mudah bagi Allah untuk mengambil dan menghilangkan apa yang ada pada diri manusia. Mungkin mereka tidak mengerti bahwa semua fasilitas yang Allah berikan untuk hidup akan sangat mudah Dia ambil kembali. Mereka tetap dengan kedurhakaan itu sampai akhirnya Allah menegur mereka dengan KERAS.

Saya dan Sebuah Teguran Keras

Gambar diambil dari www.google.co.id... ...
Alangkah mungkin saya adalah bagian dari mereka yang lalai menangkap kasih sayang Allah atas hamba-Nya. Alangkah sangat mungkin catatan hidupku menjadi sebuah contoh atas seorang hamba yang tak tahu diri, menghabiskan sepanjang usia bergelung dengan gulungan dosa yang hitam. Meski tak ku pungkiri juga, itu adalah kasih sayang-Nya kepadaku yang sudah tak sanggup bangkit lagi. Pertolongannya padaku yang sudah setengah "mati", saat gulungan hitam itu mencekik leher tanpa ampun.
Ya, teguran Keras sekaligus pertolongan Agung itu datang saat aku sudah di dasar jurang dengan berbagai luka, dan tampak seperti mayat yang membusuk. Biarlah demikian ku deskripsikan diriku, bagiku itu tak berlebihan.

Hidup bertahun-tahun dengan sebuah borok yang kian membesar tentu bukanlah hidup yang menyenangkan. Jatuh-bangun-jatuh-bangun-jatuh-dan jatuh ke dalam sebuah kedurhakaan menjadikanku "kebal" atas tepukan sayang-Nya tuk membuatku bangun dan sadar. Sampai akhirnya, Teguran itu datang.
Satu persatu yang Dia titipkan hilang...
satu hal paling berharga hilang,
satu kawan hilang,
cahaya padam,
tempat bertopang hilang,
pukulan demi pukulan datang,
kesedihan-kesedihan yang tersimpan muncul ke permukaan,
kesakitan yang diabaikan melepaskan diri, dia muncul di hadapan,
sampai akhirnya...
kewarasankupun hilang dan aib pun terbuka (Astagfirullah, Subhanallah sungguh mudah bagi-Nya). Lebih dari satu bulan aku tersesat di dunia yang memingungkan. Tertawa, menangis, berteriak, berlari atas karena yang tak ada. Ketakutan, senang, gelisah yang melelahkan. Tidur dalam mimpi buruk yang aneh. Bahagia karena sesuatu yang hanya aku yang tahu. Melakukan hal-hal memalukan tanpa kendali.
Ya, otak adalah salah satu fasilitas hidup dari-Nya. Fasilitas untuk kita memakainya untuk ketaatan, untuk ibadah kepada-Nya. Saat otak dan kewarasan selalu digunakan untuk kedurhakaan. Maka sangat mudah bagi-Nya untuk mencabut itu dari kita.

Sebuah janji: Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Gambar diambil dari www.google.co.id... ...

Betapapun teguran itu begitu keras, tetap kasih sayang atas hamba-Nya adalah selalu ada.
Betapapun teguran itu sangat dasyat (bagiku), pertolongan-Nya pun begitu Agung.
Betapapun kehilangan itu begitu melimbungkanku, adalah anugerah terindah karena Dia-pun mengambil "penyakit terparah" yang ada padaku.
Adalah begitu menyakitkannya saat itu, itu karena Dia mencabut sebuah pohon busuk hingga akarnya yang menancap dalam dalam kepala dan hatiku.
...dan janji-Nya bahwa "tidaklah Allah mengambil sesuatu, melainkan Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik" adalah janji yang nyata da menyata.

Satu persatu yang Dia titipkan hilang...
Satu persatu nikmat yang lebih indah berdatangan...
Dia ganti sebuah kesakitan dengan anugerah tak terkira, Dia sembuhkan penyakit seumur hidupku yang sudah seperti pohon busuk berakar kuat dan dalam. Dia buka duniaku yang sempit. Dia buka mataku yang "buta" hingga kini ku dapat melihat keindahan mahaagung: matahari, hijau pagi, sejuk oksigen, dan segar angin pagi hari. Dia bukakan begitu saja begitu banyak kawan yang ku abaikan, matakuliah yang sulit tapi mengasyikan, kawan-kawan baru dan lama yang begitu baik dan tak henti mengingatkan, anggota tubuh yang utuh dan masih berfungsi dengan baik, wajah yang cukup manis (hehe:)dan seluruhnya yang tak mungkin ku tuliskan.

Epilog
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar