Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Jumat, 06 Juni 2014

Hapus facebook#tentang hijab#instropeksi diri#hamba Allah#proses

Iya. Hari ini aku memutuskan untuk menonaktifkan facebook lagi. Setelah banyak-banyak menulis, aku jadi sadar kalau aku tidak memerhatikan hijab. Dengan lawan jenis maksudku. Sebenarnya saudaraku cukup sering membahas ini, bahkan menegurku langsung. Tapi bengalnya aku, tidak bisa langsung mengerti ketika ditegur. Butuh waktu dan keras kepala  untuk bisa mengerti dan 'melihat' bahwa itu salah dan tidak pantas bagi seorang muslim.

Bukan maksudku muslim harus ngerti dan patuh pada aturan hijab buat jaga image. "Tidak pantas" di sana merujuk pada status manusia sebagai hamba Allah Swt. yang haruslah taat. Apalagi jika mengaku sebagai orang beriman-yang telah dibeli diri dan hartanya oleh Allah (Qs. At-Taubah:1). Tak punya hak atas diri.

POIN INTI :
Aku mengaku sebagai orang beriman. Allah Swt. telah mengatur tentang segalanya, pun begitu dengan pergaulan antara ikhwan dan akhwat. Lalu aku dengan santainya becanda, haha-hihi, tanpa ada kepentingan, tak ada amanah. Sebagai hamba, apakah pantas?

✘✘✘

Pemahaman tertanam memerlukan proses. Sepertinya aku terlalu galak pada diriku sendiri ya? Aku jadi kecentilan begitu karena ada alasan. Ada bab ketakutan, atau tepatnya kekhawatiran, yang akan aku ceritakan di tempat lain.
Tapi ini harus jadi PELAJARAN untukku. Termasuk untuk ke depannya. Bahwa cara yang ku lakukan ini kurang tepat. Allah Swt. telah menetapkan sesuatu. Dan seorang hamba tugasnya adalah taat.

Lalu kupikir. Kesalahan ini tentu tidak lepas dari pengawasan-Nya. Sebagai manusia tentu ku takkan bisa mengelak dari kesalahan demi kesalahan.  Do'aku...
Semoga setiap kesalahan adalah cara-Nya untuk mengajari dan membimbingku. Semoga Engkau selalu mengampuni aku ya Rabb. Dan menuntunku selama-Nya di jalan-Mu. Aamiin.

#Tentang DIARY HIJRAHKU#
Dalam hidup manusia tak bisa lepas dari proses. Belajar, berusaha, salah, menangkap hikmah, memperbaiki diri...agar Allah ridha atas hidup kita. Atas diri kita.
Diary Hijrahku adalah catatan harian tentang perjalanan hidupku, tentang proses dan cita-cita hidupku untuk menjadi hamba yang disayangi-Nya. Diridhai-Nya. Dan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin.

Semoga setiap cerita ada hikmahnya. Yang baik-baik.
Selamat menjelang malam :) :D

Jumat, 23 Mei 2014

Cinta Adeline untuk Lu'lu


            “Kenapa kau selalu menuliskan masa lalu pada cerita-cerita pendekmu, Adeline?”
            “Memangnya kenapa, Lu’?” aku balik bertanya kepada Lu’lu.
            Oh ya, biar ku perkenalkan diri dulu. Biar kalian yang tahu jadi mengenalku, dan yang mengenalku jadi bilang, “Kita udah tahu kaleee” dengan tatapan gak penting. Namaku Adeline.

Kamis, 22 Mei 2014

Keping-keping Kenangan

Keping-keping kenangan manis
Ku letakan di tempat yang tak terlalu tinggi
Sebenarnya,
ku simpan tuk ku coba baca
Tuk ku coba terjemahkan pada makna
Tuk ku coba kaitkan dengan memori lainnya

Aku akhirnya terheran saja,
Kenangan manis, sedikit asam itu,

Rabu, 21 Mei 2014

Mimpi Buruk

Mimpi buruk.
Ada satu mimpi yang memengaruhiku.
Hingga aku ketakutan hingga sekarang.
Padahal, itu mimpi 3 tahun lalu.
Rasa takut itu,
memang sudah jauh berkurang.
Tapi, rasa benci, tidak suka, masih betah berada dalam lisan dan lakuku.

Katanya, kita tak boleh teramat benci

Cerpenpen 1 Takdir Pertemuan


            “Permisi, Kang Riko?” gadis berjaket abu-abu itu mencoba menyapa, setelah sebelumnya berdiri saja sambil berusaha menghubungi lewat pesan singkat. Tentu saja dia tahu itu orang yang dimaksud, wong fotonya terpampang jelas di profil facebook.
            Hehehe (ini maksudnya tertawa cengengesan). Murid PPL-ku dulu pada tertawa ketika ku menanyakan facebook mereka, katanya “Kalau friendster ada Bu,” kata mereka sambil tertawa. Aku menebak menurut kacamata umum, tentu mereka menertawakanku, karena facebook sudah terlampau kuno bagi mereka. Lah mereka hampir semua pakai blackberry. Tapi maaf, saya orang yang setia, jadi sampai sekarang facebook masih setia menemaniku.
            Kembali lagi kepada cerita awal yang dipause sementara.
            “Rinai?” kata laki-laki yang semenit lalu mengutak-atik telpon gengamnya, tentu saja, kan harus menjawab pesan singkat dari gadis berjaket abu-abu itu.
            “Iyah Kang,” jawab gadis yang sebenarnya adalah aku.
            Sebentar. Aku lupa melukiskan latar tempat, waktu, suasananya. Saat itu hampir tengah hari, saat rintik hujan, dibawah terowongan yang dibuat oleh Belanda. Itu juga bukan percakapan romantis ketika seorang pemuda dan gadis bertemu berdua di bawah rintik hujan nan syahdu. Itu adalah percakapan antara pembeli dan penulis buku.
            Ya, meskipun agak disorakin sedikit oleh teman-teman si laki-laki yang bernama Riko itu, cerita berakhir dengan semestinya. Yaitu sebuah transaksi jual-beli sebuah buku. Harga bukunya Rp15.000 dan itu adalah buku lelucon yang cukup bagus dan garing.
            Aduh, please kan rencananya mau nulis cerpen romantis. Kenapa jadi promosi gini?

#dibikin tamat#

Sederhana bukan?
Tidak berkesan mungkin.
Biasa saja.
Hanya transaksi jual beli sederhana...
Tak ada pesan serius, tampaknya.
Aku memang menuliskan asal saja, tentang apa yang ku ingat.
Tapi aku percaya,
setiap rencana Tuhan
semuanya bukanlah untuk sia-sia semata.
Entah ku sudah menangkap arti,
ataupun belum.

Membuka Memori (Lagi)

 Kembali ke masa itu,
sebuah waktu ketika ku begitu bersahabat
dengan kata, pena, dan kertas.
Ketika ku dengan leluasa menggubah puisi-puisi
cerita-cerita, tanpa banyak berpikir
tentang teori, kesalahan, ataupun bagus dan jeleknya penilaian.

Suatu masa, ketika ku mengenal sosok dan rasa
kemudian kunamai "Cinta Pertama"
Ketika itu...

Selasa, 18 Maret 2014

Aku memang awam, begitu anehkah jika bercita-kan Mujahid dan Surga?

Umm, dengan gaya seperti apa aku harus menjabarkan judul di atas. Aku sedikit berpikir tadinya akan ku tulis dengan gaya yang sangat serius, tapi tidak jadi gara-gara baca tulisan Pidi Baiq. Ya, itu membuatku berpikir untuk merubah gaya menulisku yg beraliran melankolis cenderung galau menjadi gaya yang sedikit lebih cool. Sugan bisa. Karena serius malah banyak membuat jengah.

Ini tulisan pembuka untuk tulisan-tulisanku tentang Islam selanjutnya. Karena kemarin aku terlalu banyak berpikir, juga terlalu banyak mengulur waktu untuk mengisi blog ini akibat satu bundel tulisan yg tidak kelar-kelar (skripsi memang mengerikan).

Bukan tentang teori agama, karena aku tidak terlalu pintar. Hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman. Ketika si awam menemukan cinta yang agung, hakikat hidup dalam cahaya Islam. Ketika si awam kemudian menyadari bahwa ada Allah Rabbul'alamin, malik yang Maha Luarbiasa. Ketika si awam memutuskan untuk belajar menapaki jalan Islam yang ternyata begitu indah.

Aku ingin bercerita ketika juga ketika (mungkin sampai sekarang juga) aku tampak begitu ajaib dan janggal karena tiba-tiba senang membicarakan Allah dengan tergagap-gagap. Senang berbicara tentang dakwah, jihad, Al-qur'an, ibadah, kisah Rasul dan sahabat dengan kosakata yang seadanya. Memimpikan surga dan inginkan mati sebagai syuhada.

Aku ingin bercerita tentang bagaimana aku dibuat kagum dengan persahabatan Rasulullah dengan para sahabat. Ketika Rasulullah pergi ke Thaif bersama Zaid bin Haritsah dan diusir dengan jahat. Ketika Bilal disiksa dengan keji tapi kuat bertahan hanya dengan memegang satu kata 'Ahad'. Tentang bagaimana tenang dan yakinnya Abu Bakar terhadap semua yang dibawa dan dikatakan Rasulullah. Tangguhnya Umar bin Khattab hingga membuat kafirin gentar. Apa yang dibawa Rasulullah Muhammad Saw itu? Bagimana Rasulullah dan para sahabat memperjuangkannya? Apa hubungannya dengan hidup kita sekarang yang terhalang waktu yang begitu lama?

Aku ingin bercerita bahwa mereka yang terdahulu bukan hanya sejarah. Karena perjalanan dunia tidak terputus dan semuanya belum sampai tujuan...terhubung dalam satu benang merah. Terangkum dalam sebuah tanya, yang teramat besar maknanya bagiku.

Untuk apa kita dihidupkan?

Umm... Belum bisa mikir.
Sudah kubilang ini hanya tulisan pembuka saja, jadi loncat-loncat entah kemana bahasannya. Aku hanya ingin bisa menulis suatu sebagai ungkapan syukurku, karena Allah yang membuatku bisa menulis dan ingin menulis.
Si awam juga ingin belajar menjadi orang yg bersyukur, mendayagunakan semua yg Rabb-nya titipkan untuk mengagungkan-Nya.

Jika tulisannya jelek dan banyak salah. Ya karena ditulis oleh aku yang masih manusia. Semoga dimaafkan. Karena kebenaran itu datangnya dari Allah, dan kesalahan adalah mutlak dariku yang awam (tapi sedang bersemangat untuk belajar hidup benar).

Gak nyambung sama judul ya? Umm....