Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Jumat, 23 Mei 2014

Cinta Adeline untuk Lu'lu


            “Kenapa kau selalu menuliskan masa lalu pada cerita-cerita pendekmu, Adeline?”
            “Memangnya kenapa, Lu’?” aku balik bertanya kepada Lu’lu.
            Oh ya, biar ku perkenalkan diri dulu. Biar kalian yang tahu jadi mengenalku, dan yang mengenalku jadi bilang, “Kita udah tahu kaleee” dengan tatapan gak penting. Namaku Adeline.

Kamis, 22 Mei 2014

Keping-keping Kenangan

Keping-keping kenangan manis
Ku letakan di tempat yang tak terlalu tinggi
Sebenarnya,
ku simpan tuk ku coba baca
Tuk ku coba terjemahkan pada makna
Tuk ku coba kaitkan dengan memori lainnya

Aku akhirnya terheran saja,
Kenangan manis, sedikit asam itu,

Rabu, 21 Mei 2014

Mimpi Buruk

Mimpi buruk.
Ada satu mimpi yang memengaruhiku.
Hingga aku ketakutan hingga sekarang.
Padahal, itu mimpi 3 tahun lalu.
Rasa takut itu,
memang sudah jauh berkurang.
Tapi, rasa benci, tidak suka, masih betah berada dalam lisan dan lakuku.

Katanya, kita tak boleh teramat benci

Cerpenpen 1 Takdir Pertemuan


            “Permisi, Kang Riko?” gadis berjaket abu-abu itu mencoba menyapa, setelah sebelumnya berdiri saja sambil berusaha menghubungi lewat pesan singkat. Tentu saja dia tahu itu orang yang dimaksud, wong fotonya terpampang jelas di profil facebook.
            Hehehe (ini maksudnya tertawa cengengesan). Murid PPL-ku dulu pada tertawa ketika ku menanyakan facebook mereka, katanya “Kalau friendster ada Bu,” kata mereka sambil tertawa. Aku menebak menurut kacamata umum, tentu mereka menertawakanku, karena facebook sudah terlampau kuno bagi mereka. Lah mereka hampir semua pakai blackberry. Tapi maaf, saya orang yang setia, jadi sampai sekarang facebook masih setia menemaniku.
            Kembali lagi kepada cerita awal yang dipause sementara.
            “Rinai?” kata laki-laki yang semenit lalu mengutak-atik telpon gengamnya, tentu saja, kan harus menjawab pesan singkat dari gadis berjaket abu-abu itu.
            “Iyah Kang,” jawab gadis yang sebenarnya adalah aku.
            Sebentar. Aku lupa melukiskan latar tempat, waktu, suasananya. Saat itu hampir tengah hari, saat rintik hujan, dibawah terowongan yang dibuat oleh Belanda. Itu juga bukan percakapan romantis ketika seorang pemuda dan gadis bertemu berdua di bawah rintik hujan nan syahdu. Itu adalah percakapan antara pembeli dan penulis buku.
            Ya, meskipun agak disorakin sedikit oleh teman-teman si laki-laki yang bernama Riko itu, cerita berakhir dengan semestinya. Yaitu sebuah transaksi jual-beli sebuah buku. Harga bukunya Rp15.000 dan itu adalah buku lelucon yang cukup bagus dan garing.
            Aduh, please kan rencananya mau nulis cerpen romantis. Kenapa jadi promosi gini?

#dibikin tamat#

Sederhana bukan?
Tidak berkesan mungkin.
Biasa saja.
Hanya transaksi jual beli sederhana...
Tak ada pesan serius, tampaknya.
Aku memang menuliskan asal saja, tentang apa yang ku ingat.
Tapi aku percaya,
setiap rencana Tuhan
semuanya bukanlah untuk sia-sia semata.
Entah ku sudah menangkap arti,
ataupun belum.

Membuka Memori (Lagi)

 Kembali ke masa itu,
sebuah waktu ketika ku begitu bersahabat
dengan kata, pena, dan kertas.
Ketika ku dengan leluasa menggubah puisi-puisi
cerita-cerita, tanpa banyak berpikir
tentang teori, kesalahan, ataupun bagus dan jeleknya penilaian.

Suatu masa, ketika ku mengenal sosok dan rasa
kemudian kunamai "Cinta Pertama"
Ketika itu...