Selamat datang Kawan!

Menulis bersama angin...
ayo merdeka! ^-^v

Rabu, 21 Mei 2014

Cerpenpen 1 Takdir Pertemuan


            “Permisi, Kang Riko?” gadis berjaket abu-abu itu mencoba menyapa, setelah sebelumnya berdiri saja sambil berusaha menghubungi lewat pesan singkat. Tentu saja dia tahu itu orang yang dimaksud, wong fotonya terpampang jelas di profil facebook.
            Hehehe (ini maksudnya tertawa cengengesan). Murid PPL-ku dulu pada tertawa ketika ku menanyakan facebook mereka, katanya “Kalau friendster ada Bu,” kata mereka sambil tertawa. Aku menebak menurut kacamata umum, tentu mereka menertawakanku, karena facebook sudah terlampau kuno bagi mereka. Lah mereka hampir semua pakai blackberry. Tapi maaf, saya orang yang setia, jadi sampai sekarang facebook masih setia menemaniku.
            Kembali lagi kepada cerita awal yang dipause sementara.
            “Rinai?” kata laki-laki yang semenit lalu mengutak-atik telpon gengamnya, tentu saja, kan harus menjawab pesan singkat dari gadis berjaket abu-abu itu.
            “Iyah Kang,” jawab gadis yang sebenarnya adalah aku.
            Sebentar. Aku lupa melukiskan latar tempat, waktu, suasananya. Saat itu hampir tengah hari, saat rintik hujan, dibawah terowongan yang dibuat oleh Belanda. Itu juga bukan percakapan romantis ketika seorang pemuda dan gadis bertemu berdua di bawah rintik hujan nan syahdu. Itu adalah percakapan antara pembeli dan penulis buku.
            Ya, meskipun agak disorakin sedikit oleh teman-teman si laki-laki yang bernama Riko itu, cerita berakhir dengan semestinya. Yaitu sebuah transaksi jual-beli sebuah buku. Harga bukunya Rp15.000 dan itu adalah buku lelucon yang cukup bagus dan garing.
            Aduh, please kan rencananya mau nulis cerpen romantis. Kenapa jadi promosi gini?

#dibikin tamat#

Sederhana bukan?
Tidak berkesan mungkin.
Biasa saja.
Hanya transaksi jual beli sederhana...
Tak ada pesan serius, tampaknya.
Aku memang menuliskan asal saja, tentang apa yang ku ingat.
Tapi aku percaya,
setiap rencana Tuhan
semuanya bukanlah untuk sia-sia semata.
Entah ku sudah menangkap arti,
ataupun belum.

2 komentar:

  1. Harga bukunya Rp15.000 dan itu adalah buku lelucon yang cukup bagus dan garing.

    Perasaan apal euy bukuna.
    Atau cuma perasaan saya aja yang tidak peka. :D

    BalasHapus
  2. Haha... Ini baru kebaca loh.
    Iya nih kang jadi inspirasi, ditambah latar terowongan di partere itu keren kalo bisa ngegambarinnya mah.
    Sayangnya akunya pemalas. Jadi asal tulis dulu aja supaya gak lupa >,<v

    BalasHapus